Survei: Remaja Indonesia Punya Pengalaman Seks Sejak Usia 16
By: abangoek 88 , 21 Januari 2010
Siapa nyangka, ternyata sebagian besar remaja merasa tidak cukup
nyaman curhat sama orang tuanya, terutama bertanya seputar masalah
seks. Makanya, mereka lebih suka cari tahu sendiri melalui sesama teman
dan menonton film porno dan mencari cerita-cerita seks di situs-situs
porno di internet Setidaknya, hasil itu menjadi salah satu kesimpulan yang mengemuka
dalam paparan hasil penelitian Synovate Research tentang perilaku
seksual remaja di 4 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan.
Pengalaman Berhubungan Seks Sejak Usia 16 Tahun
Dalam penelitian ini juga menarik untuk melihat pengalaman seksual
remaja di 4 kota ini. Sebab, 44% responden mengaku mereka sudah pernah
punya pengalaman seks di usia 16 sampai 18 tahun. Sementara 16% lainnya
mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13 sampai 15
tahun.
Selain itu, rumah menjadi tempat paling favorit (40%) untuk
melakukan hubungan seks. Sisanya, mereka memilih hubungan seks di kos
(26%) dan hotel (26%).
Uniknya, para responden ini sadar bahwa seharusnya mereka menunda
hubungan seks sampai menikah (68%) dan mengerti bahwa hubungan seks pra
nikah itu tidak sesuai dengan nilai dan agama mereka (80%). Tapi,
mereka mengaku hubungan seks itu dilakukan tanpa rencana. Para
responden pria justru 37% mengaku kalau mereka merencanakan hubungan
seks dengan pasangannya. Sementara, 39% responden perempuan mengaku
dibujuk melakukan hubungan seks oleh pasangannya.
Karenanya, ketika ditanya bagaimana perasaan para responden setelah
melakukan hubungan seks pra nikah itu, 47% responden perempuan merasa
menyesal karena takut hamil, berdosa, hilang keperawanan dan takut
ketahuan orang tua.
“Mereka juga tahu bahwa ada beberapa jenis penyakit yang ditularkan
dari hubungan seksual. Misalnya 93% tahu tentang AIDS dan 34% tahu
Sipilis. Kalau tentang AIDS, mereka 82% tahu dari televisi, 20% dari
internet dan hanya 10% yang tahu dari orang tuanya,” kata camita
Wardhana, Project Director Synovate yang mempresentasikan hasil
penelitian ini.
Perlu informasi lebih lengkap
Meskipun hasil penelitian ini bukan hal yang baru bagi masyarakat
saat ini, tetap saja perlu hati-hati menyikapinya agar tidak menjadi
salah persepsi. Adrianus Tanjung, Kepala Divisi Komunikasi Informasi,
Edukasi dan Advokasi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
melihat, meskipun hasil penelitian ini memberikan gambaran rata-rata
pada perilaku remaja kita saat ini, ada beberapa faktor yang bisa saja
bias.
“Seperti pembagian remaja yang aktif dan pasif secara seksual dalam
penelitian ini, masih bisa diperdebatkan. Misalnya, apakah jika remaja
yang pernah sekali melakukan hubungan seksual tapi lalu tidak
melakukannya lagi, itu tetap dalam kategori aktif secara seksual?”
Namun, ia melihat bahwa hasil penelitian ini memberikan
kecenderungan yang makin menguat bahwa para remaja ini membutuhkan
tempat yang nyaman untuk mencurahkan perasaan atau bertanya seputar
seks.
“Mereka sulit tanya ke orangtua karena bisa aja orangtua nggak tahu
.Selain itu, mungkin juga mereka membutuhkan tempat yang didesain
nyaman supaya mereka mau datang ke konseling seks,” tambah Tanjung.
Sebab itu, PKBI yang juga pernah mendapatkan hasil serupa dari
penelitian sejenis beberapa waktu lalu ini, menurut Tanjung, akan
mencoba memberikan konseling lebih detil tentang alat-alat reproduksi
kepada remaja. Caranya dengan masuk ke sekolah-sekolah melalui kegiatan
ekstra kulikuler seperti Pramuka.
“Ini penting agar mereka mengerti organ reproduksi mereka sendiri,
mulai dari pembuahan sampai hamil dan melahirkan. Dengan begitu, mereka
akan lebih dapat menjaga diri sendiri, tahu resiko-resikonya, meskipun
tidak selalu dalam pantauan orangtua,” demikian Andrianus Tanjung.
(Lily Bertha Kartika)
sumber: Kompas Cyber Media, Jumat, 28 Januari 2005



Blog info
This Blog : Mobile Version 1















Posting Komentar
Silahkan luangkan waktu anda untuk memberikan Sedikit Komentar Buat Kemajuan BLOG ini.. Sepatah Komentar anda sangat berarti buat saya.